Ada yang Lain dari Biasanya di SD Negeri Kompleks IKIP 1 Makassar

Siswa kelas VI SD Kompleks IKIP 1 sedang mengerjakan evaluasi melalui ponsel

SD Negeri Kompleks IKIP 1 Makassar merupakan salah satu sekolah yang patut diperhitungkan di Kota Makassar. Hal itu tak luput karena prestasi yang telah ditorehkan oleh sekolah tersebut, baik di tingkat kabupaten/kota, propinsi bahkan sampai pada tingkat nasional. Sekolah yang terletak di Jalan A.P. Pettarani tersebut juga merupakan salah satu sekolah favorit di kota Makassar. Kelihatannya biasa saja, sekolah yang berhadapan langsung dengan Gedung Phinisi Universitas Negeri Makassar tersebut memiliki sejumlah fasilitas  memadai yang dapat mendukung proses belajar mengajar di sekolah tersebut. tak heran jika banyak orang tua yang bermimpi untuk menitipkan putra putrinya mengenyam pendidikan di sekolah itu. 

Namun, ada sesuatu yang berbeda dari hari biasanya. Siswa kelas VI A SD Negeri Kompleks IKIP 1 Makassar heboh karena di minta untuk membawa ponsel ke sekolah. Padahal biasanya membawa ponsel kesekolah itu adalah hal tabu. Mungkin karena di anggap konsentrasi belajar siswa. pagi itu tiba - tiba heboh karena mereka diminta semua untuk membawa ponsel. 

Keceriaan mereka setelah pembelajaran usai


Pagi itu pembelajaran berlangsung sama seperti biasanya. Salah seorang mahasiswa PPL dari PPG Batch 4 UNM di beri kesempatan untuk membawakan materi pelajaran. Semua berjalan seperti biasanya. Namun ada sedikit yang membuat siswa bertanya dalam hati. Mengapa mereka di minta untuk membawa ponsel ke sekolah. Waktu berjalan, kegiatan pembelajaran pada hari itu telah memasuki akhir pembelajaran. Tiba-tiba siswa di minta untuk mengeluarkan ponsel yang dibawanya dari rumah. Dengan panjang lebar, menoleh ke kiri ke kanan saling menatap heran, ada apa ini?. Bahkan salah seorang siswa mulai kebingungan, Apa ponsel mereka mau periksa dari konten-konten yang tidak bermanfaat atau bahkan mau di sita.  

Mahasiswa PPL yang sedang memberi materi pada hari itu mulai menjelaskan tentang alasan mereka diminta untuk membawa ponsel di sekolah. Hari itu, evaluasi pembelajaran akan dilaksanakan menggunakan ponsel atau evaluasi berbasis android. Jadi tidak lagi menggunakan paper and pencil test. Siswa pun tambah kebingungan. Biasanya ponsel mereka hanya gunakan untuk mengakses informasi lain atau bahkan hanya untuk bermain game yang tidak jelas tujuan edukatifnya.

Siswa pun di minta untuk mengakses / join a game quizizz yang telah dipersiapkan sebagai bahan evaluasi pada hari itu. Mulai dari masuk bergabung di evaluasi itu, cara menjawabnya, bahkan sampai cara mngetahui hasil dari evaluasi itu langsung seketika setelah evaluasi berakhir. 

Siswa pun antusias mengerjakan soal evaluasinya. Soal dan pilihan jawaban yang di kerjakan siswa pun tidak sama dengan yang lainnya. Soal dan pilihan jawaban telah di acak sebelumnya. Pilihan jawaban mereka di tampilkan didepan mereka lewat sebuah layar proyektor (LCD). Melihat pilihan jawaban mereka benar atau salah adalah sesuatu yang membuat mereka merasa kejar mengejar dengan temannya bak menonton sebuah acara lomba motor GP di televisi yang saling salip menyalip.

Mereka berhasil menyelesaikan soal evaluasi tersebut dengan riang gembira. Dan langsung melihat hasil perolehan nilai mereka. Bahkan banyak siswa yang meminta untuk di ulang karena rasa penasarannya dengan model evaluasi tersebut. 

"Evaluasi berbasis android ini merupakan tuntutan pembelajaran abad 21, teknologi dalam pendidikan harus kita biasakan dalam proses pembelajaran, mengingat UN di tingkat SMP sederajat sudah dilaksanakan dengan menggunakan komputer, tidak menutup kemungkinan tingkat SD sederajat pun nantinya akan diterapkan, Ponsel saat ini bukan lagi sebuah barang mewah, untuk itu penggunaan ponsel harus bernilai edukatif bagi siswa, bukan hanya sekedar alat komunikasi semata apalagi hanya dipakai untuk bermain game yang tidak jelas nilai edukatifnya" Begitu komentar Syarifuddin,  salah seorang mahasiswa PPL PPG di sekolah tersebut. 

" Hal tersebut tidak terlepas dari kerja sama dari stakeholder sekolah tersebut baik itu dari kepala sekolah, bapak ibu guru pamong, bapak Baharuddin, S.Pd selaku wali kelas VI A,  ibu dosen pembimbing, termasuk kerja sama orang tua siswa. Fasilitas akses internet (Wifi) di sekolah tersebut sangat mudah. Semua fasilitas itu sebaiknya di optimalkan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran" sambungnya.

Syarifuddin
Mahasiswa PPL PPG Batch 4 UNM








Posting Komentar

0 Komentar