Jadilah Pemilih Cerdas Menuju Indonesia Yang Lebih Baik

Pemilih Cerdas untuk Masa Depan Demokrasi 


Proses demokrasi yang baik, tidak terlepas dari pemilih yang cerdas. Pemilih yang cerdas menumbuhkan demokrasi yang matang. Pesta demokrasi bisa berjalan dengan baik jika masyarakat sudah menyadari bahwa demokrasi itu tidak bisa dibeli dengan uang. Pemilih yang cerdas tahu bahwa demokrasi itu adalah sebuah gaya hidup. Pemilu  serentak legislatif dan presiden tahun 2019 mendatang menjadi momen bagi masyarakat untuk belajar politik dan berdemokrasi. Demokrasi menuntun kita untuk menggunakan hak suara kita sebagai warga negara. Inilah kesempatan bagi masyarakat untuk memilih wakil di daerah masing-masing. Pemilih cerdas tidak sembarang memilih, tetapi dapat menganalisa visi dan misi dan kinerja para calon.


Pemahaman demokrasi mengajarkan kita untuk menggunakan hak pilih, demi perbaikan tatanan demokrasi Indonesia. Kita selalu mengeluh, kesal atas semua tindakan pemerintah yang tak pernah menjawab persoalan rakyat. Tapi kita tidak sadar bahwa kitalah yang memilihnya. Di saat kita memilih pemerintah kita tidak tahu lebih dalam bagaimana visinya, perubahan apa yang harus dikerjakan, bagaimana wataknya dan lain-lain. Masyarakat tabu akan hal seperti ini sehingga tidak memiliki sifat dasar kenapa dia harus memilih pilihannya Telah lama kita dikelabui oleh janji dan rayuan gombal para calon, janji manis membawa rakyatnya kejurang penderitaan. Saatnya rakyat cerdas untuk menentukan pilihan. Jangan lagi kebobolan dalam memilih pemimpin. Kenali lebih dalam dan ikuti perkembagan para calon. Jangan tergiur dengan janji politik, bahasa iklan dan kecerdikan tim-tim sukses yang terus membawa rakyat ke jurang penderitaan. 


Mari bangkit dan tinggalkan hal-hal yang membuat kita tidak bisa maju. Yang membuat negeri ini tidak bisa menyukseskan pesta demokrasi adalah uang dengan kata lain demokrasi kita masih bisa dibeli. Jadi kalau rakyat masih terus dikelabui uang, maka rakyat akan masuk ke jurang penderitaan dan takkan pernah bisa keluar dari sana. Jurang perderitaan tersebut maksudnya (kemiskinan, pengangguran,anak-anak terlantar, dan materialisme). Jadi saatnya rakyat sadar dan rakyat cerdas dalam memilih. Tahun 2019 negera kita akan melaksanakan pesta demokrasi yaitu pemilihan serentak untuk memilih anggota legislatif dan Presiden. Semua kandidat atau para calon sudah mengatur strategi dan membuat taktik untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Saya pikir yang harus menjadi wakil atau pemimpin adalah mereka yang mampu melihat persoalan yang krusial seperti pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan dan masalah yang lain seperti masalah pendidikan, HAM, ketahanan pangan, ketahanan energi, pengangguran, anak yang putus sekolah dan lain-lain. 


Dari beberapa pengalaman dan pengamatan pada saat pesta demokrasi, rakyat disanjung dan dipuja seperti dewa dan bidadari, tetapi setelah pesta demokrasi usai maka rakyat ditelantarkan dan ditindas dengan berbagai penderitaan. Sama seperti pepatah mengatakan, “Habis manis sepah di buang." Saatnya rakyat sadar dan cerdas dalam menentukan pilihan. Kedaulatan ada di tangan rakyat, mari tentukan pilihan, jangan takut untuk sebuah kebenaran dan kesuksesan demokrasi. Ketahuilah, kekuatan rakyat tak terkalahkan. Jika rakyat bersatu maka di situlah terhimpun kekuatan yang tak terkalahkan. Penulis terinspirasi melihat kekuatan rakyat dalam pengumpulan koin Prita di mana uang/koin yang terkumpul bisa mencapai ratusan juta. Itulah yang menandakan bahwa rakyat memiliki kekuatan penuh dalam kesuksesan negeri ini.  

Menyoal Memilih atau tidak memilih 

Memilih atau tidak memilih merupakan dilema bagi masyarakat, di mana masyarakat mulai bosan dengan sistem demokrasi di negeri ini. Sebagai warga negara yang baik, memang kita harus memilih supaya demokrasi berjalan dengan baik, karena kedaulatan sepenuhnya sudah diberikan kepada rakyat. Rakyatlah yang menentukan, karena itu rakyat harus memiliki karakter pemilih yang cerdas dan bijaksana. Dilema ketidaksadaran dan ketidakcerdasan pemilih memang persoalan yang fundamental. Maka cukup rasional jika persoalan fundamental ini disandingkan dengan fenomena golput di dalam setiap pemilihan. Golput dimotori oleh, keterbatasaan informasi, apatisme dan apolitis. Kurangnya pendidikan politik pemilih secara signifikan menyebabkan bertambahnya angka golput. Buktinya (2005 – 2007) golput memenangi 41,31 persen (2005), 42,86 persen (2006) menjadi 50 persen (2007) dari 26 pilkada kabupaten/kota. Data itu menunjukkan besarnya potensi golput dan bahkan kemenangan golput. Dengan potensi golput sebesar ini, maka perhatian serius perlu ditujukan untuk membangun kembali kesadaran dan kecerdasan politik warga, terutama kaum tertindas/kaum miskin. 

Dalam karyanya, "Pedagogy of the Oppresed", Freire menekankan pentingnya pendidikan berkesadaran menuju ketiadaan penindasan, dalam konteks yang lebih operasional ini bisa dilakukan oleh penyelenggara melalui sosialisasi. Penyelenggara harus memosisikan diri sebagai agen demitologisasi dalam menghadapi masalah dan menganggap dialog sebagai instrumen terpenting, memberikan motivasi pemilih agar menjadi pemikir kritis dan merangsang kreativitas aksi dalam menghadapi persoalan politik. Kalau perlu, sosialisasi kedepan haruslah diatur sedemikian rupa menyerupai sarana pendidikan politik non formal yang mencerdaskan. Tidak hanya sekedar mengajak pemilih untuk mencoblos atau menggunakan hak pilihnya saja, akan tetapi mampu mengajak pemilih untuk berpikir, mampu membongkar profil, visi, misi, program dan arah kebijakan kandidat. Sehingga pada akhirnya, pemilih tidak hanya pandai memilih dengan benar, tetapi mampu mendampingi 5 (lima) tahun ke depan. Solusi Di sinilah pemerintah harus bijak dan tanggap melihat permasalahan dan kondisi masyarakat. Bagaimana pemerintah dapat meyakinkan rakyatnya untuk memilih. Itu harus dibuktikan dengan kinerjanya yang pro kepada rakyat bukan pro kepada Borjuis dan kapitalis. Lihat kesejahteraan rakyat Jikalau rakyat tidak mau lagi untuk memilih, bagaimana dengan negara kita? Apakah masih bisa dikatakan negara demokrasi? Jalanilah tugas dengan baik setelah terpilih.

Sumber: https://www.qureta.com/post/pemilih-cerdas-untuk-masa-depan-demokrasi

Posting Komentar

1 Komentar